Mencemaskan ketika kita tahu bahwa saat ini semakin banyak jual beli data pribadi. Oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab secara leluasa melakukan transaksi jual beli data nasabah, bahkan lewat media online. Hal itu didapatkan dari banyaknya fakta grup-grup di media sosial yang diisi dengan banyak transaksi jual beli data tersebut.
Jika Anda termasuk orang yang masih meragukan fakta di atas bisa mencoba sendiri dengan menggunakan kata kunci sejenis “jual data nasabah” di kotak pencarian Google. Maka akan keluar link-link (yang saling berhubungan) dengan berbagai tawaran paket data pribadi. Bahkan jika Anda teliti, tak jarang oknum menggunakan beberapa situs sekaligus untuk menjalankan bisnis tersebut.
Ketika sudah melihat sendiri secara empiris semua hal yang meresahkan itu, mungkin sebagian dari Anda akan langsung merasa khawatir. Wajar saja, apalagi jika Anda termasuk nasabah dengan nominal tabungan yang tidak sedikit, kemudian mulai cemas jika data rekening termasuk yang dijual belikan. Karena memang tidak ada jaminan dan siapapun bisa menjadi korban dari penyalahgunaan data pribadi ini.
Mengapa Jual Beli Data Terjadi?
Ini adalah pertanyaan yang biasanya akan muncul pada orang yang masih awam dengan masalah ini. mereka bertanya tentang apa yang menjadi alasan sampai orang menjadikan jual beli data sebagai bisnis dan siapa yang membutuhkannya. Termasuk pula bagaimana kemudian bisa seseorang memiliki banyak data pribadi orang-orang bahkan hingga jutaan data.
Jika bertanya tentang alasan seseorang berbisnis data pribadi, jelas karena prospeknya. Data pribadi dijual satuan, dengan harga dari yang terendah ratusan rupiah hingga yang mahal mencapai puluhan ribu rupiah per data. Bayangkan saja jika Anda memiliki 100 data dan bisa menjual ke 10 orang saja dengan asumsi harga 5 ribu rupiah per data. Uang yang bisa Anda kumpulkan tidak sedikit, hanya dengan bermodalkan kemampuan promosi.
Sehingga Anda pun tidak perlu heran jika penyalahgunaan data pribadi menjadi kian marak, karena orang-orang tentu juga ingin mendapatkan banyak uang dengan cara yang lebih mudah. Apalagi dengan sifat produk yang berupa file seperti itu, di jaman serba digital seperti ini semakin mempermudah proses transaksi. Hanya dengan berinteraksi lewat media online lalu berkirim uang lewat transfer, tanpa takut ketahuan.
Pertanyaan berikutnya tentang siapa yang membutuhkan data pribadi orang-orang sebanyak itu? jawabannya adalah sales. Terutama sales bank yang bertugas menawarkan kredit karena mereka butuh untuk menyasar banyak orang dalam promosi. Dengan semua data tersebut, baik alamat atau nomor handphone, sales bisa menawarkan dengan semakin mudah.
Bahkan juga banyak data yang dijual lengkap dengan riwayat kredit dan rekening nasabah. Sehingga tentu sangat empuk untuk dijadikan alat pemetaan oleh sales bank, untuk mana nasabah yang prospek dan mana yang kurang prospek. Sehingga jika nomor Anda tiba-tiba mendapatkan pesan penawaran dari bank untuk berbagai produk kredit, bisa disimpulkan nomor tersebut sudah diperjual belikan antar sales.
Pertanyaan berikutnya tentang bagaimana orang bisa memiliki banyak sekali data dan melakukan penyalahgunaan data pribadi tersebut untuk meraup untung. Maka jawabannya tentu saja orang yang bekerja berhubungan dengan data-data tersebut. Seperti misalnya pegawai bank yang memegang database, pegawai kecamatan bagian data kependudukan atau hacker yang pandai mencuri data.
Baca juga:
Pahami Digital Marketing Sebelum Anda Menggunakannya
Strategi Promosi Menggunakan Kupon Belanja
Mengenal Strategi Omni Channel
Bagaimana Melindungi Data Pribadi?
Perkembangan teknologi internet di satu sisi memang memberikan banyak keuntungan, tapi disisi lain juga memunculkan kekhawatiran. Salah satunya adalah kita sebagai pengguna harus memberikan beberapa informasi data pribadi untuk bisa memiliki akun di media tersebut. Padahal hacker bisa dengan sangat mudah mencuri semua data tersebut untuk disalahgunakan.
Kalau kita membatasi data pribadi ketika di bagian data kependudukan resmi atau saat mendaftar sebagai nasabah bank mungkin akan sulit, karena menjadi bagian prasyarat. Tapi kita masih bisa mengupayakannya di internet, terutama di akun-akun media sosial yang saat ini semakin menjamur. Berikut beberapa tips untuk melindungi data di internet agar Anda tidak menjadi korban jual beli data pribadi :
- Hanya menggunakan protokol HTTPS ketika browsing karena lebih aman.
- Menggunakan password yang cukup sulit untuk ditebak, yakni tidak berhubungan langsung dengan data pribadi Anda misal tanggal lahir, kota, nama dan mengkombinasikan antara teks dengan angka.
- Meminimalisir menggunakan wifi umum karena orang lain yang juga terhubung dengan wifi tersebut bisa dengan mudah mengambil data penting Anda di perangkat. Sehingga selama Anda masih memiliki koneksi pribadi, lebih baik untuk menggunakan hal itu. memang terkadang alasannya adalah sisi efisiensi biaya, tapi jika Anda ingin benar-benar aman, maka penting untuk mempertimbangkan resiko ini.
- Sebelum Anda memberikan banyak informasi pribadi pada suatu situs, lebih baik untuk memeriksa terlebih dahulu apakah memang situs tersebut memiliki kebijakan privasi yang baik. Jika tidak ada, maka sebaiknya tidak mengambil resiko dan mencoba situs lain.
- Jangan mudah memberikan data tentang kartu kredit, karena itu termasuk data yang sangat diincar oleh para hacker. Sebaiknya menggunakan alternatif pembayaran lainnya sejenis Google Wallet, Paypal, Visa yang cenderung lebih aman agar terhindar dari jual beli data pribadi.
- Memang terdengar seru ketika Anda bisa membagikan lokasi teraktual, tapi itu ide yang kurang bagus jika membagikan lokasi rumah Anda. Karena alamat lengkap tersebut bisa menjadi data yang berharga untuk dijual belikan.
Ketika menggunakan media sosial, kita pasti akan dimintai data tempat dan tanggal lahir. Memang itu menjadi syarat, namun kita masih bisa mengupayakan supaya tidak dengan mudah terlihat oleh publik. Bahkan meski hanya terlihat oleh teman atau follower yang diverifikasi, hal itu masih rentan diambil. Karenanya lebih baik untuk disembunyikan, kecuali jika memang tidak ada pilihan tersebut, Anda bisa menggunakan opsi data palsu.
Sebaiknya Anda juga tidak memposting kartu identitas pribadi di media sosial, karena dari situ bisa diambil dengan mudah oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Sehingga dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa saat ini dengan semakin canggihnya teknologi, kita seharusnya bisa lebih selektif dan berhati-hati. Khususnya dalam memberikan data pribadi yang sifatnya strategis. Supaya tidak digunakan dalam bisnis penyalahgunaan data pribadi oleh oknum tertentu. Semoga bermanfaat!
